D E P S O S
Duh… gak bisa nahan diri untuk gak berkomentar abis dengerin dua orang ibu-ibu yang asik ngobrol di angkot D03 jurusan Parung-Depok. Dilihat dari seragamnya, sepertinya mereka bekerja di kantor walikota Depok. Gini nih pembicaraannya:
Ibu 1 : Bu udah nerima peraturan yang baru blum ya?
Ibu 2 : Oh yang dibagiin kemarin? Udah…
Ibu 1 : Aduh kok susah ya peraturannya? Bikin laporannya gimana sih Bu? Itungannya beda ya?
Ibu 2 : Ibu musti bikin pake form yang baru itu bla… bla… bla…
Ibu 1 : Pusing saya, susah. Mana sekarang dana Depsos jadi kecil, gak kaya dulu
Saya-di dalam hati : Ooooo…. Di Depok ada Depsos ternyata…
Ibu 1 : Semua orang banyak permintaannya ke Depsos. Saya ini banyak kerjaannya, tapi minta apa-apa susah. Sering loh Bu… saya pake uang sendiri untuk mengurus pemakamannya orang yang meninggalnya di jalanan. Sampe sekarang blum diganti. Mana kalo udah begitu, wartawan tuh banyak yang nungguin bla…bla…bla…
Ibu 2 : Mmmmm (menunjukkan empati sepertinya)
Obrolan tersebut masih terus berlanjut, cuma saya udah gak inget mereka ngomong apa. Pikiran saya langsung bertanya-tanya. Surprise, karena saya baru tau bahwa ada departemen yang ngurusin anak jalanan, fakir miskin, dan tuna wisma di Depok.
Hanya saya bingung, maaf ya kalau kebingungan saya ini dianggap naif. Kenapa banyak sekali anak jalanan di Kota Depok? Mereka selalu ada di jantungnya Kota Depok, mulai dari Jln. Nusantara sampai Margonda. Padahal kan Kota Depok itu kecil. Yang lebih menyedihkan, setiap pagi saya melihat mereka “bergelimpangan” numpang tidur di depan kantor KADIN. Kantor KADIN saudara-saudara… KAmar DAgang & INdustri… Bukankah tempat itu harusnya jadi sumbernya uang? Ironis aja…
Pagi ini, pukul 7.30, waktu saya melintasi Jln. Nusantara saya melihat sekelompok anak jalanan yang baru bangun dari tidurnya. Mereka terlihat masih bengong, mengumpulkan nyawa di depan sebuah ruko. Mereka bergerombol, saya lihat salah satu dari mereka sedang menangis sesegukan, terpisah dua langkah dari teman-temannya. Seorang anak laki-laki menangis sesegukan. Saya memang termasuk orang yang gak bisa melihat orang lain susah, dulu hal ini menyulitkan saya. Karena begitu banyaknya orang susah di negeri ini, setiap hari kepala saya selalu dipenuhi dengan pikiran mengapa dan mengapa… Tetapi karena banyaknya “latihan”, sekarang saya bisa mengendalikan rasa iba yang tiba-tiba muncul.
Kembali ke anak yang tadi pagi saya lihat, entah kenapa saya bisa merasakan kesepian dan sakit yang dia rasakan. Rasanya saya ingin memeluk dia dan tanya kenapa dia menangis. Sepertinya sudah lama dia gak merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Tapi, bodohnya, saya gak punya keberanian untuk itu.
Hmmmh… ampun deh. Katanya di kantor walikota Depok ada Depsos… Katanya ibu tadi banyak kerjaan… Katanya anak jalanan diurusin… Tapi kok masih kaya gini ya?
Kalo apa yang ibu tadi katakan itu benar, yah gak heran keadaan masih kacau begitu. Bayangkan banyaknya anak jalanan, fakir miskin dan tuna wisma yang harus diurus dengan dana yang (katanya) sedikit. Kondisi semakin parah karena ternyata orang yang dipercaya untuk mengurus hal itu adalah orang yang (maaf) gak kompeten. Saya rasa banyak orang yang seperti ibu tadi, bikin report aja gak bisa…… Gimana mau ngurus kota??? IBU LILIS IBU DEDEH… PLISS DEEEHHH…
Instead of ngurusin hal penting untuk diurus, kok ya malah mempercantik kantor walikota. Tadi pagi, saya lihat ada jam digital baru berukuran besar berdiri dengan mahalnya di depan gerbang kantor walikota.
Entah kenapa, hati saya jadi perih memikirkannya…
DAMN YOU!