Teman sejiwa

Dua hari ini aku ngobrol via email sama sahabatku, Hani.
Bener-bener ajaib deh… the way God brings us together as a friend.
Jadi ceritanya, aku kenal Hani di kampus. Jadi deket karena kita sama2 ngalamin proses yang amat sangat melelahkan waktu mau convert ke D3.

Hubungan pertemanan kita gak ditentukan sama intensitas pertemuan. Maksudnya, gak musti ke mana2 bareng dan gak musti ada di komunitas yang sama.
Tapi lucunya kalo kita ketemuan setelah sekian bulan gak ketemu, kok ya gak berasa ada waktu2 yang hilang hehehe… (Han, itu menurut gw loh…)

She was and will always be there when I need a shoulder.
Bo, I hope you feel the same way too about me  Gw gak bisa kasih nilai ke diri sendiri juga kan…

Obrolan kita selama dua hari ini memang berat dan gak bisa di-share di public room. Dari situ aku semakin yakin bahwa temen se-jiwa tuh gak bisa dibatasin sama perbedaan. Dia bisa tetep jadi dia, dan aku tetep jadi aku tanpa merasa takut bakal dihakimi, ditinggal dan gak dianggap temen lagi.

Hani… I thank God for you.
Thank you for being you and for letting me being me.
Thank you for your support, for caring, and for trusting that my strength is still there.
Jadinya gw gak musti pasang susuk kan Bo… hehehehe

Kamu punya temen sejiwa gak?
Lucky you, If you have one
Yang belum punya, cari… dan cari…
Semoga ketemu ya!