I love you leave, love you waive good bye…………
Ini adalah teman-temanku, HR Team, yang satu per satu memilih jalannya masing-masing (thanks to Inga for the jargon)
1. Elizabeth Napitupulu
Biasa dipanggil Ibeth alias Beti alias Mama Jenny. Waktu masih bersama-sama dengan kami, Mama Jenny adalah seorang generalis*, seseorang yang ngurusin semua-semua yang sifatnya general alias umum. Berani, cerdas, tapi tetap tidak melupakan kodratnya sebagai seorang istri dan ibu. Hmmm hari gini, masih relevan gak ya.... mengurus keluarga dianggap sebagai kodrat seorang perempuan menikah? Ok kita bahas itu kapan-kapan. She is also a great, fun to be – friend. Karena hati dan pilihan yang tidak bisa ditawar lagi, Ibeth memutuskan untuk meninggalkan kami, teman-temannya, untuk sebuah karir dan kehidupan yang lebih baik. Honda City getttoooo.... Sekarang Ibeth memilih menjadi seorang specialist* yang ngurusin hal spesifik di perusahaan produsen obat-obatan yang bonafide.
2. Inga Mariskha Nuh
Inga a.k.a. Mama Raka. Another smart women in the group. Meskipun memiliki kapabilitas dan mental seorang manager, ketika masih berada di bawah satu perusahaan dengan aku, Inga hanya diberi label ”specialist”. Mmmh kesal kalau inget-inget itu. Ibu yang satu ini pernah masuk majalah loh… dia dinobatkan sebagai Future HR Leader oleh salah satu majalah bisnis ibukota. See… I am not speaking lies. She is smart! Satu lagi yang membuatku kagum sama ibu yang satu ini. Dia memberikan ASI eksklusif untuk si cakep Raka. Ke kantor bawa2 cooler box dan alat perah, beberapa jam sekali pasti ngilang… entah di toilet atau di mobilnya Inga memerah ASI untuk dibawa pulang untuk Raka. Sekarang Raka sudah 11 bulan lebih, dan pemberian ASI eksklusif dipastikan masih akan terus berlanjut. Meninggalkan kami, Inga bergabung dengan perusahaan konsultan yang terkenal di kalangan HR.
Ibeth & Inga, I love you leave... love you waive good bye………
Next, bisa dipastikan beberapa orang akan menyusul Ibeth & Inga. Keputusan ini diambil karena ke-tidak sesuai-an visi dan prinsip. Sekarang aku jadi ngerti, kenapa ada banyak pasangan yang memutuskan untuk bercerai dengan alasan “sudah tidak ada kecocokan”. Klise, tapi memang begitu keadaannya.
Memutuskan untuk bertahan hanya akan menambah penderitaan dan kesesakan hati di salah satu pihak.
Untuk diketahui, divisi tempat aku bergabung hanya terdiri dari beberapa orang saja. Pokoknya gak sebanyak divisi lain. Sepi? Lengang? Kosong? Timpang? Pasti! Sepasti dukunganku untuk teman-teman yang berani mengambil keputusan untuk pergi. Pergi bukan hanya untuk mengakomodasi ego, tapi juga untuk mengejar kehidupan dan karir yang jauuuuuuuuuuh lebih baik.
Post ini akan di-update ketika aku menerima surat pengunduran diri lainnya.
---lita---
0 Comments:
Post a Comment
<< Home